Madurazone. SUMENEP – Madura Night Vaganza menjadi torehan yang membanggakan bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumenep, Madura, Jawa Timur. Di mana stand -nya sukses menyabet Best Booth dalam ajang tahunan itu.
Stand itu juga kolaborasi dengan Badan Kepegawaian Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM). Sebab, dua instansi di pimpinan pejabat visioner Arif Firmanto. Sehingga, satu stand dengan dua instansi menjadi yang terbaik.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep pada malam penutupan acara.
Booth yang mereka tampilkan tahun ini mengusung tema “Labeng Mesem” atau Pintu Senyum, simbol khas Keraton Sumenep yang dikenal sarat makna filosofis. Tak sekadar menjadi ikon arsitektur, Labeng Mesem dipresentasikan sebagai lambang kepemimpinan yang hangat dan terbuka.
“Labeng Mesem bukan hanya soal bentuk, tapi juga pesan tentang bagaimana pemimpin menyapa rakyatnya dengan senyum dan kebijaksanaan,” ujar Kepala Bappeda Sumenep, Arif Firmanto.
Menurutnya, eksistensi sejarah itu makin kuat dengan hadirnya miniatur taman bunga alun-alun dan ornamen booth yang didominasi warna merah dan hijau. Merah melambangkan keberanian dan tanggung jawab, sedangkan hijau menjadi simbol harapan dan keseimbangan hidup.
Tak hanya memanjakan mata, booth ini juga didesain sebagai ruang interaktif. Pengunjung bisa berdiskusi, menyampaikan ide, hingga merasakan atmosfer kebersamaan ala pemerintahan partisipatif.
“Kami ingin masyarakat ikut terlibat, tidak sekadar melihat. Pemerintah harus hadir sebagai ruang dialog,” ucapnya.
Sinergi antara Bappeda dan BKPSDM disebut sebagai cerminan penguatan tata kelola. Bila Bappeda fokus pada perencanaan pembangunan, BKPSDM mendorong peningkatan kualitas aparatur. Tujuannya mewujudkan Sumenep yang mandiri dan sejahtera.
“Seperti para raja Sumenep dulu, kami juga ingin membangun dengan visi dan keberlanjutan,” tambahnya.
Ajang Madura Night Vaganza 2025 bukan hanya panggung hiburan, tapi juga wahana unjuk kreativitas dan inovasi daerah. Raihan Best Booth menjadi bukti bahwa birokrasi bisa tampil humanis, membumi, dan tetap menjunjung filosofi budaya.
“Pembangunan bukan cuma angka, tapi juga soal merawat identitas dan kedekatan dengan masyarakat,” tukasnya. (Nz/yt)