Madurazone. SUMENEP – Keris merupakan salah satu ikon di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Keberadaan keris itu dianggap sebagai sesuatu yang sakral, sehingga perlu diasah, salah satunya dengan kegiatan jamasan. Jamasan keris itu digelar secara khidmat di Desa Aeng Tong Tong, Kecamatan Saronggi.
Kegiatan jamasan itu memang sudah rutin digelar oleh Pemkab Sumenep. Bahkan, sudah tiga tahun digelar secara terus menerus. Itu dilakukan sebagai bentuk pelestarian budaya yang kayak akan nilai sejarah dan spiritual.
“Tradisi Jamasan Keris lebih dari sekadar sebuah acara. Ini adalah bagian dari upaya kami untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat,” kata bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo.
Menurut Fauzi, kegiatan jamasan itu itu harus terus dilestarikan agar generasi muda menjadi mafhum. Sehingga, eksistensi keris terus berlanjut. “Alhamdulillah sudah ada generasi muda yang mampu membat keris. Kami sangat bangga dan terbukti langsung kami beli sebagai wujud penghargaan kepada kaum muda,” ucapnya bangga.
Maka, menjadi penting dalam setiap kegiatan seperti itu untuk melibatkan generasi muda dalam kegiatan budaya sejak dini. “Jika generasi muda tidak dilibatkan, mereka tidak akan paham apa makna di balik setiap keris yang mereka lihat. Edukasi adalah kunci dalam pelestarian jangka panjang,” ungkapnya.
Politisi PDI Perjuangan itu, pihaknya mengusulkan agar acara ini dapat dimasukkan dalam agenda budaya internasional melalui Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Di tingkat nasional, sudah dikenal.Sehingga, diharapkan bisa berkembang dan dikenal oleh dunia.
“Harus dikenal dunia, sehingga pelestarian budaya itu menjadi lebih mengakar. Tentu akan semakin kuat pelestarianya.” ujarnya.
Desa Aeng Tong-Tong, yang dikenal sebagai sentra empu keris dan telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Keris, dianggap sebagai simbol keberhasilan dalam pelestarian budaya lokal. Fauzi juga mengapresiasi peran komunitas pengrajin keris di Sumenep yang terus berupaya menjaga dan mengembangkan tradisi ini.
“Peran para empu dan komunitas perajin keris sangat krusial. Pemerintah pusat harus lebih hadir untuk memberikan dukungan konkret terhadap upaya ini,” ucap suami Nia Kurnia itu. (nz/yt)