Madurazone.co, Sumenep – Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Sumenep, Madura, Jawa Timur Nia Kurnia Fauzi menghimbau masyarakat untuk menjaga tradisi dan budaya khas Madura. Salah satunya adalah acara siraman pelet Kandung atau selamatan tujuh bulan kehamilan.
Pelet kandung merupakan tradisi di Madura untuk selamatan kandungan. Biasanya dalam tradisi ini digelar selamatan, semisal ngaji bareng 7 surat yang ada di dalam al-qur’an, semisal surah Yusuf, surah Maryam dan lainnya. Setelah itu dilakukan acara siraman kepada Ibu hamil, dan menginjak telur serta ritual lainnya..
“Ini budaya lama yang sudah ada di Madura, khususnya juga Sumenep. Pelet kandung ini harus dilestarikan sebagai wujud menjaga warisan budaya Madura. Harus dilakukan sampai generasi selanjutnya,” kata Ketua GOW Sumenep, Nia Kurnia Fauzi saat menghadiri acara pelet Kandung di Manding, Kamis (21/3/2019).
Istri wakil bupati (wabup) ini mengungkapkan, generasi muda milenial saat ini juga harus mengetahui ritual semacam. Sehingga, ritual yang telah diwariskan ini tidak punah. “Ritual positif tentu tak boleh punah, harus dipelihara dan lestarikan sampai cucu-cucu kita nanti,” ujarnya.
Sebenarnya, sambung dia, budaya serupa juga ada dalam tradisi jawa, yang dikenal dengan Mitoni atau Tingkeban. Mitoni sendiri berasal dari bahasa Pitu yang artinya tujuh, sehingga dikenal selamatan 7 bulananan kandungan. “Budaya ini di Jawa, hanya saja polanya yang berbeda,” tutur perempuan murah senyum ini.
Perempuan alumnus pesantren ini berharap budaya ini tetap diketahu lapisan masyarakat, sehingga keberadaanya tetap terjaga. Orang tua juga bisa mengajarkan tradisi ini kepada kaum muda. “Tetap jaga dan lestarikan. Ayo junjung tinggi budaya kita. Termasuk, tradisi yang lain,” tukasnya. (nz/yt)