Madurazone.co, Sumenep – Warga dua dusun di Desa Cabbiye, Kecamatan Talango, Sumenep, Madura, Jawa Timur, memprotes penambangan galian C di desa setempat. Alasanya, penambangan batu dan pasir dibekas gua itu dinilai membahayakan keselamatan warga.
Warga Dua Dusun itu adalah Dusun Cabbiya Pesisir dan Dusun Jeruk Purut. Mereka memprotes lantaran penambangan pasir dan batu yang diduga untuk Fospat itu dilakukan tepat dibawah rumah warga. Sehingga, dikhawatirkan rumah warga ambles ke bawah.
Pantauan media di lokasi tambang, dari titik awal pengerukan dimana panjangnya hampir 1 kilometer melintang ke arah timur, lebar kurang lebih 7 meter, dengan prediksi ketebalan lapisan tanah hanya tersisa 5 meter.
“Dari lokasi galian, ini sudah hampir 1 KM ke timur yang terdampak, kita setiap hari diselimuti kekhawatiran, takut longsor, ambruk dan samacamnya, karena titik galian saat ini sudah tepat berada di bawah rumah kami,” kata Munawar kepada media ini, Senin (26/11/2018).
Cikal bakal galian tersebut, diceritakan warga berasal dari gua, kemudian dikeruk dan digali oleh warga luar Talango sebagai ladang penghasilan, dengan mengabaikan keselamatan warga sekitar, dentuman suara galian dari dalam gua, terdengar jelas sampai ke atas.
“Hasil galiannya berupa batu kerikil dan tanah, orang biasa menyebut Fosfat mas, katanya sih itu akan dibuat pupuk,” sambungnya.
Media ini, yang datang langsung ke lokasi galian, bermaksud mengumpulkan data dari penanggungjawab galian, namun tidak satupun dari pekerja yang bersedian memberikan keterangan, dari titik pengerukan, hanya terlihat tumpukan hasil galian yang sudah dibungkus karung ukurang 25 kg, dikemas rapi yang berisi tanah dan batu kerikil.
Dari kubangan galian yang menjadi akses masuk para pekerja tambang, hanya terlihat anak tangga terbuat dari bambu, tumpukan sampah yang dibakar, sehingga terlihat kepulan asap membubung tinggi keluar dari dalam kubangan gua tersebut.
“Tumpukan ini yang nantinya diangkut truk, biasanya setiap hari bisa sampai dua hingga tiga kali truk lewat depan rumah, setiap hari pasti ada aktifitas pengangkutan, paling sedikit, sehari sekali angkut,” tutur warga lain di lokasi, Ahmad Sadali.
Bahkan, perwakilan dari belasan Kepala Keluarga (KK) yang rumahnya tidak jauh dari lokasi penambangan ini, mengaku sudah pernah melakukan protes melalui Kepala Dusun, kepala Desa setempat, hingga kepada Camat Talango, namun tidak mendapatkan tanggapan.
“Sebenarnya kami sudah menemui Kepala Dusun namun tidak ditanggapi, ke Kades hingga pak Camat sudah juga,“ imbuhnya.
Sebenarnya, lanjut Munawar lagi, satu bulan lalu, sudah meminta secara baik baik kepada memilik galian tambang untuk berhenti, karena dianggap mengancam keselamatan warga setempat, janjinya akan berhenti, namun hingga saat ini ternyata masih terus beroperasi.
“Sekitar 1 bulan lalu, saya sudah menyampaikan secara kekeluargaan untuk berhenti menambang, bahkan sudah 3 kali billisan, janjinya mau berhenti karena hanya ingin numpang makan (mencari rejeki) kata bosnya, tapi sampai saat ini masih terus,” imbuhnya.
Sementara itu, belasan KK yang berada di daerah terdampak, berharap kepada Pemerintah segera menghentikan aktivitas galian, sebelum warga setempat menjadi korban.
“Keinginan kami hanya, bagaimana aktivitas penambangan segera dihentikan oleh Pemerintah, karena sudah sangat meresahkan,” pungkasnya.
Dikonfirmasi Terpisah, Kepala Desa Cabbiya Moh. Alwi mengaku tidak ada masalah persoalan galian tersebut, karena lokasinya berada di tanah pecaton dasa. Gua-nya pun berada di Dusun Banban.
“Tidak terdampak dua dusun itu, itu tanah desa, itu bukan tanah masyarakat, lokasinya itu ada di dusun Banban, warga di Dusun itu tidak ada masalah,” tuturnya via sambungan telepon.
Menuturnya, informasi dari warga tidak bisa diterima mentah mentah, harus dikroscek kebenarannya terlebih dahulu.
“Masyarakat yang mana itu, jangan langsung tanggapi, kalau memang ada masalah silahkan laporkan saja,” imbuh Alwi.
Ditanya persoalan izin galian tersebut, pihak desa mengaku belum mengetahui. “Saya tidak tau soal itu, biar saya tanyak dulu,” terangnya singkat. (nz/yt)