Jokotole Part II (Akhir) : Pimpin Sumenep Karena Prestasi Taklukkan Blambangan

  • Whatsapp

Madurazone.co, Babad Sumenep – Setelah Jokotole berhasil menaklukkan kerajaan Blambangan, raja memberikan surprise menikahkan Jokotole dengan Putri Prabu Brawijaya Dewi Ratnadi. Setelah menikah, dan cukup lama berada di Majapahit, ras kangen terhadap orang tua angkat Mpu Kelleng mulai terasa. Akhirnya Jokotole pamit pulang ke Sumenep.

Setelah diberi izin, maka berlayarlah Jokotole bersama sang istri Dewi Ratnadi. Dia langsung menuju ayah angkat Mpu Kelleng di Pakandangan. Rasa gembira tak terhingga terlihat diwajah kedua orang tua angkatnya. Apalagi, kedatanganya membawa seorang istri cantik putri raja Majapahit. Tidak hanya itu, warga sekitar juga ikut menyaksikan Jokotole dan istrinya. Warga Tidak menyangka Jokotole akan mempersunting putri raja.

Muat Lebih

Setelah cukup lama berada di Pekandangan, Jokotole pamit untuk menghadap ayahnya Adipoday yang sedang bertapa di Gunung Geger, Bangkalan. Berat rasanya buat Mpu Kelleng dan istrinya yang sudah lama mengasuh Jokotole untuk memberikan izin. Khawatir akan melupakan dirinya. Namun, Jokotole meyakinkan kalau tidak akan melupakan kedua orang tua angkatnya itu. Kemudian diber izin.

Tanpa banyak diceritakan, akhirnya Jokotole sampai ke Gunung Geger. Dia kebingungungan, sebab tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar puncak gunung tersebut. Akhirnya, Jokotole duduk termenung saja. Namun, saat Jokotole melamum akan kindahan alam ciptaan Tuhan, mendadak dihadapnnya muncul sesosok laki-laki berwibawa dan tampan dengan menggunakan pakaian putih bersih. Setelah Jokotole melihat raut muka laki-laki, yakinlah bahwa yang datang adalah Adipodaya, yang tak lain adalah ayah kandungnya. Sehingga, langsung memberi hormat dan sungkeman.

Setelah itu, Jokotole diajak ke gubuk yang tidak jauh dari tempat tersebut, yang merupakan tempat peristirahatan Adipoday. Jokotole langsung beristirahat dan bermalam ditempat itu. Ke esokan harinya, Adipodaya memberikan bermacam ajaran dan wejangan. Mulai dari soal dunia hingga masalah spritual. Tujuannya, agar menjadi manusia yang bermanfaat dan tidak takabur.

Setelah dianggap matang, akhirnya Jokotole pulang ke Pakandangan. Beberapa hari berada di Pakandangan, Jokotole kembali pamit untuk menemui ibunya Potre Koneng dan menghadap kakeknya Secadiningrat II di Keratonnya Banasare, Rubaru. Jokotole berangkat bersama istrinya Dewi Ratnadi. Sesampainya di keraton, langsung meminta izin untuk bisa menemui Pangeran Secadingrat, namun Pangeran sedang ke Majapahit mengantarkan upeti.

Setelah itu, Jokotole dan istri izin menghadap ibundanya Potre koneng, akhirnya dizinkan. Lalu, orang tua dan anak saling melepas rasa rindu dan bercengkrama tentang pengalaman masing-masing. Jokotole juga menceritakan adiknya Aguswedi yang sudah menikah dengan putri adipati Gresik. Tinggallah untuk sementara Jokotole di Banasare bersama istri dan Ibundanya, sambil menunggu kakeknya Secadiningrat II datang dari Majapahit.

Sementara Secadiningrat II sedang berada di Majapahit menghadap Prabu Brawijaya. Kala itu, Brwaijaya menceritakan kalau cucunya Jokotole pernah membantu Majapahit menumpas Blambangan dan dinikahkan dengan putri raja Dewi Ratnadi. Mendengar cerita itu, Pangeran Secadiningrat II langsung cepat pulang. Sampai di keraton dia ketemu Jokotole dan langsung memeluk cucu kebanggaan yang tidak pernah bertemu dirinya. Rasa bahagia bercampur haru menyelimuti keraton Banasare.

Jokotole Menjadi Adipati Sumenep

Pangeran Secadingrat II sudah sepuh, terasa tidak mampu lagi memimpin Sumenep. Akhirnya, dia berunding dengan Adipoday menantunya dan Jokotole sang cucunya untuk menggantikan dirinya. Secadingrat II minta Adipoday untuk menggantikann, namun Adipoday menolak. Seba, dia akan pulang ke Sepudi untuk menggantikan ayahnya sebagai raja di pulau Sepudi.

Akhirnya, Jokotole lah yang menggantikan sebagai adipati Sumenep. Dengan pusat kekuasaan dipindah ke timur di Lapa Taman, Dungkek supaya dekat dengan pulau Sepudi. Jokotole mendapatkan gelar Secadiningrat III. Sementara ayahnya Adipoday dan ibunya Potre Koneng pulang ke Sepudi dan menjadi raja di sana. Adipoday mendapat gelar Panembahan Wirakrama.

Cerita unik pada masa pemerintahan Jokotole salah satunya, saat memasuki usia lanjut. Dia merasa kalau ajalnya sudah dekat, akhirnya meminta untuk dibawa ke Banasare. Akhirnya berangkatlah ke Banasare dengan cara ditandu, namun ditengah perjalan dia menghembuskan nafas terakhir. Daerah tersebut kemudian diberi nama Batang-Batang. Artinya, para pengiring mengambil bambu untuk dijadikan keranda jenazah, kemudian disebut Korong Batang.

Setelah itu berangkatlah rombongan dengan membawa mayat Jokotole ke arah selatan, sampai di desa lanjuk pikulah Jenazah patah. Tempat itu diabadikan dengan nama sa-asa maksudnya ella-sa atau sudah putus. Ditempat inilah jasad Jokotole dikebumikan. Dan, menjadi tempat warga untuk berziarah hingga saat ini.

Perlu diketahu, perkawinan Jokotole dengan Dewi Ratnadi dikaruniai dua orang putra. Pertama Arya Wigananda. Setelah Jokotole, Arya Wigananda yang menjadi pemimpin Sumenep dengan gelar Secadiningrat IV, dengan keraton di Gapura. Sementara saudarnya cewek yang kemudian dinikahkan dengan putra Sunan Manyuran Mandalika, Raden Bindara Dwiryapadha, yang kemudian dikenal dengan sunan Paddusan, penyebar Islam di Sumenep.

(sumber : Sejarah Sumenep)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.