Awal Tahun, Penyakit DBD Meningkat

  • Whatsapp

Madurazone. NUSANTARA – Arus Corona Covid-19 menjadi momok di China dan sebagian negara Asia. Indonesia sampai saat ini tengah berupaya mencegah penyakit dari Wuhan tersebut masuk, dengan memperketat penjagaan di perbatasan dan pintu masuk.

Namun di tengah isu virus Corona Covid-19 yang kian hangat, sejatinya ada penyakit endemis di Indonesia yang tak boleh dilupakan, yakni demam berdarah dengue (DBD). Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat terjadinya peningkatan kasus DBD di Indonesia pada awal tahun 2020.

Muat Lebih

“Jadi memang ada beberapa daerah ya yang kasusnya cukup meningkat,” kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, dilansir Antara, Kamis (13/2/2020).

Ia menjelaskan daerah-daerah yang mencatatkan peningkatan kasus DBD tersebut antara lain di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sikka di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kabupaten Belitung di Kepulauan Bangka Belitung.

Dikatakan Nadia, menurut data di Kabupaten Sikka, NTT mencatatkan peningkatan paling tinggi dengan jumlah kasus DBD sebanyak 218, atau empat kali lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

“Empat kali lebih banyak dari tahun sebelumnya. Dan kondisinya saat ini masih dalam proses pengendalian,” katanya.

Kemudian, Kabupaten Belitung juga mencatatkan peningkatan kasus sebanyak 150, dengan kondisi kejadiannya saat ini sudah mulai teratasi.

Sedangkan Kabupaten Ciamis juga mencatatkan peningkatan kasus sebanyak 37. Tetapi, kejadian DBD di daerah tersebut sudah dapat dikendalikan sejak awal Februari. Sementara itu, Kabupaten Temanggung juga mencatatkan peningkatan kasus sebanyak 48. Namun, situasinya sudah terkendali.

Sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah, tanpa menyebutkan jumlahnya secara pasti, Nadia juga menyebutkan daerah tersebut mengalami peningkatan kejadian demam berdarah.

Sejumlah upaya pencegahan dan pengendalian telah dilakukan, baik dengan memanfaatkan sistem penyelidikan epidemiologi yang ditindaklanjuti dengan fogging, maupun imbauan kepada warga untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras, menutup dan menyingkirkan atau mendaur ulang (3M) barang-barang yang dapat menyisakan genangan tempat nyamuk berkembang.

Namun demikian, meski upaya-upaya tersebut berjalan efektif, ada beberapa tantangan yang masih dihadapi oleh semua pihak dalam upaya pencegahan dan pengendalian, salah satunya adalah kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih.

“Sebenarnya pemberantasan DBD lebih pada perilaku masyarakat,” tutupnya

Sumber : Suara.com

Pos terkait