Madurazone. SUMENEP – Meski IB (inisial, laki-laki), warga Lalangon Kecamatan Manding sudah meminta maaf atas dugaan penghinaan kepada Kyai Kharimastik pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah KH. Warist Ilyas namun masih menyisakan polemik di desanya.
Bahkan, sebagian warga Lalangon mulai mempersoalkan posisinya sebagai perangkat Desa. Oknum tersebut dinilai tidak layak mengemban amanah di desa, sebab tidak bisa dijadikan suri tauladan bagi warganya.
“Menghina kyai atau ulama adalah tindakan yang bisa diindikasikan tidak etis dan tidak mencerminkan budaya orang-orang Madura yang sangat menghormati seorang Kyai,” kata Asmuni warga Lalangon.
Dia menuturkan, kyai bagi warga Madura adalah simbol keagamaan, yang kehormatannya harus dibela dihormati bukan dilecehkan. “Kalau sudah tidak hormat kepada Kyai tidak layak untuk dijadikan perangkat desa, yang seharusnya menjadi tauladan bagi masyarakatknya,” ungkapnya.
Asmuni mengungkapkan, pihaknya mendesak kepala desa untuk memecat perangkat desa tersebut. “Sudah dimaafkan oleh Kyai, tapi etis kan tidak baik. Makanya, kami minta untuk diganti atau dipecat. Biar tidak merusak generasi muda,” tuturnya.
Kepala Desa Lalangon Iin menjelaskan jika kasus itu sudah selesai, karena perangkat desa tersebut sudah meminta maaf kepada Kyai Ali Fikri selaku anak dari KH. Warits Ilyas. “Beliau sudah memaafkan, masak kita tidak memaafkan,” katanya melalui sambungan telepon WA.
Dia menegaskan, pihaknya tidak akan memberikan sanksi pemecatan bagi perangkat desa tersebut. Namun, apabila mengulangi lagi pasti akan tegas untuk memberhentikannya.
“Bukan tidak ditegur, sudah tegur dengan keras. Tapi, untuk saat ini tidak dipecat, tapi kalau diulangi, akan kami pecat,” ucapnya.
Oknum perangkat desa Lalangon diduga melakukan penghinaan kepada KH. Abdul Warist Ilyas melalui cuitannya melalui akun tiktoknya. Yang bersangkutan sudah minta maaf dan bahkan permintaan maaf itu juga langsung dilayangkan ke KH. Ali Fikri, anak KH. Warits Ilyas. (Nz/yt)